21 Emiten IPO Kena Auto Reject Atas, Kenapa Bisa Terjadi?


Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis menilai pergerakan harga saham yang mengalami kenaikan hingga batas atas (auto reject atas/ARA) saat diperdagangkan pertama kali di papan Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena tak ratanya distribusi saham tersebut. 


Tidak ratanya distribusi menyebabkan transaksi rendah sehingga membuat harga saham langsung melambung.

Kepala Riset PT Koneksi Capital Alfred Nainggolan mengatakan sejak tahun lalu, saham-saham yang melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) mayoritas selalu mengalami auto reject atas atau terkena batasan penolakan harga secara otomatis oleh sistem perdagangan BEI.



"Di pasar sekunder barangnya [saham] tidak ada, maka ketika kita beli dengan transaksi yang tidak banyak, sudah pasti harga naik. Yang jadi permasalahan sudah pasti di pasar perdana waktu offering investor sudah dapat," kata Alfred kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.


Kondisi ini jugalah yang membuat harga saham emiten baru ini terus melambung hingga beberapa bulan setelah IPO. Namun, kenaikan yang signifikan ini juga membuat harga bisa dengan mudah ditarik lagi ke bawah hingga anjlok.



"Kebanyakan sudah diambil strategic investor di pasar IPO [pasar perdana] sehingga barang di pasar sekunder enggak ada, makanya harga sahamnya kuat dan bisa dinaikkan, karena transaksi kecil, dengan mudah," tegasnya.

"Kalau strategic investornya benar-benar strategic sih its Ok, cuma kadang owners [pemilik] dan afiliasinya juga yang beli [saham]. Dan kebanyakan kalau seperti itu pada melakukan repo [repurchase, gadai saham] untuk mendanai transaksi sahamnya. Dan kalau ternyata enggak kuat bayar bunga repo-nya sahamnya hancur," katanya menjelaskan.


Dia mencontohkan apa yang terjadi pada beberapa saham yakni PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), PT Guna Timur Raya tbk (TRUK), PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT), PT Sinergi Mega Internusa Tbk (NUSA), PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).

Ketika ditanya apakah ARA bisa mengindikasikan sentimen negatif di pasar, Alfred menegaskan bahwa jika kenaikan bisa dikategorikan irasional, maka bisa dikatakan tidak sehat untuk pasar modal.

Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyebutkan, harga saham yang dengan mudah berfluktuasi tinggi ini juga bisa disebabkan karena mengalami jumlah oversubscribed (kelebihan permintaan) yang tinggi saat dalam masa penawaran.

Investor yang tak mendapatkan porsi saat penjatahan bisa saja berburu saham ini saat sudah diperdagangkan di pasar reguler. 

"Waktu penawaran ada oversubscribed diperhatikan kalau banyak itu bisa naik," kata dia. 

Perlu diketahui, sejak awal tahun tahun hingga pekan kedua Juli 2019, BEI sudah kedatangan 32 emiten baru (hingga 12 Juli) yang mencatatkan saham di papan perdagangan, baik papan utama maupun papan pengembangan.

Menariknya, tahun ini mayoritas harga saham perusahaan yang listing mengalami pergerakan hingga auto reject atas (ARA). Dari 32 emiten baru, 21 diantaranya mengalami auto reject saat diperdagangkan perdana. 



Berikut daftar saham yang mengalami auto reject saat listing perdana sejak awal tahun:


No.Nama PerusahaanHarga Saham (Rp)Pergerakan (%)
1.PT Pollux Investasi Internasional Tbk. (POLI)1.63550%
2.PT Nusantara Properti Indonesia Tbk. (NATO)10369,9%
3.PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY)18070%
4.PT Armada Berjaya Trans Tbk. (JAYA)28850%
5.PT Wahana Interfood Nusantara Tbk. (COCO)19869,70%
6.PT Menteng Heritage Realty Tbk. (HRME)10569,52%
7.PT Jasnita Telekomindo Tbk. (JAST)24649,59%
8.PT Hotel Fitra Internasional Tbk. (FITT)10269,91%
9.PT Surya Fajar Capital Tbk. (SFAN)18869,15%
10.PT Golden Flower Tbk. (POLU)28850%
11.PT Krida Jaringan Nusantara Tbk. (KJEN)20249,50%
12.PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC)21950%
13.PT Bima Sakti Pertiwi Tbk. (PAMG)10070%
14.PT Darmi Bersaudara Tbk. (KAYU)15069,33%
15.PT Berkah Prima Perkasa Tbk. (BLUE)13069,23%
16.PT Fuji Finance Indonesia Tbk. (FUJI)11070%
17.PT Inocycle Technology Tbk. (INOV)25049,6%
18.PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk. (SMKL)19369,95%
19.PT Hensel Davest Indonesia Tbk. (HDIT)52549,52%
20.PT Arkha Jayanti Persada Tbk. (ARKA)23650%
21.PT DMS Propertindo Tbk. (KOTA)23670%

Sumber: BEI



Selama ini, sistem auto rejection di bursa diatur dengan batasan maksimal naik dan turun dalam sehari sebesar 35% bagi saham dengan rentang harga Rp 50-Rp 200, sebesar 25% bagi saham dengan rentang Rp 200-Rp 5.000, dan 20% bagi saham dengan rentang harga di atas Rp5.000.

Adapun pada saat listing perdana, berlaku dua kali lipatnya.
Share:

No comments:

Post a Comment

Currency

USDIDR

Chart

Saham Aktif Hari Ini

IHSG